Surakarta – Sanggar Wayang Gogon di Surakarta menjadi pusat kegiatan dalam upaya pelestarian budaya lokal dan pengembangan industri kreatif melalui pelatihan promosi digital, Kamis (4/2/2024).

Kegiatan yang bertajuk Optimalisasi Penyusunan Media Promosi Digital ini diselenggarakan oleh tim pengabdian masyarakat dari Universitas Slamet Riyadi untuk membantu pelaku seni dan pengrajin wayang dalam memanfaatkan teknologi digital sebagai sarana promosi yang lebih efektif.

Kegiatan ini melibatkan berbagai elemen masyarakat, mulai dari pengrajin wayang, seniman lokal, akademisi, hingga mahasiswa yang memiliki kepedulian terhadap pelestarian budaya.

Dengan pendekatan partisipatif, pelatihan ini bertujuan untuk memberikan keterampilan kepada para seniman dalam merancang strategi pemasaran digital yang mampu memperluas jangkauan pasar wayang, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Tantangan Promosi Digital dalam Industri Wayang

Meskipun wayang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia, sektor seni dan budaya menghadapi tantangan besar dalam menghadapai digitalisasi yang terus berkembang. Selama ini, promosi wayang di Sanggar Wayang Gogon dilakukan secara konvensional melalui pameran seni, pertunjukan langsung, dan penjualan ke wisatawan lokal. Namun, dengan perkembangan zaman, dibutuhkan strategi baru untuk menjangkau audiens yang lebih luas.

“Transformasi digital dalam industri kreatif adalah keniscayaan,” ujar Luqman Al Hakim dari Dinas Kebudayaan Kota Surakarta.

“Pelaku seni harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman agar budaya ini tetap lestari dan dikenal generasi muda.” Imbuhnya.

Rangkaian Pelatihan: Meningkatkan Keterampilan Digital

Kegiatan ini mencakup pelatihan intensif yang terdiri dari beberapa sesi, antara lain:

Penyusunan Konten Digital: Pengrajin wayang dilatih membuat foto dan video berkualitas menggunakan peralatan sederhana seperti smartphone.

Optimalisasi Media Sosial: Peserta diajarkan cara mengelola platform media sosial seperti Instagram, Facebook, dan TikTok untuk meningkatkan visibilitas produk.

Pembuatan Website: Para peserta diberikan pelatihan membuat website sederhana berbasis WordPress atau Wix untuk memperkenalkan produk secara lebih profesional.

Strategi Pemasaran Berbasis Storytelling: Peserta belajar merancang cerita yang menggambarkan nilai historis wayang, menghubungkannya dengan audiens melalui narasi menarik.

Kolaborasi dan Dukungan dari Berbagai Pihak

Kegiatan ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Dinas Kebudayaan Surakarta dan Universitas Slamet Riyadi. Mereka menyatakan bahwa digitalisasi bukan ancaman bagi budaya tradisional, melainkan sebuah alat untuk memperkenalkan budaya ke khalayak yang lebih luas.

“Kami ingin menunjukkan bahwa digitalisasi dapat menjadi peluang besar untuk pelestarian budaya,” kata Luqman Al Hakim, akademisi dari Universitas Slamet Riyadi.

Antusiasme Peserta

Para peserta menyambut positif pelatihan ini. Salah satunya, Gogon Supriyanto, seorang pengrajin wayang, mengaku sebelumnya kurang memahami cara memanfaatkan media sosial. Namun, setelah mengikuti pelatihan, ia merasa lebih percaya diri dalam memasarkan produknya secara lebih luas.

“Dulu saya hanya mengandalkan penjualan langsung. Kini, saya bisa menjangkau pasar lebih luas, bahkan internasional,” ujar Gogon.

Dampak dan Harapan Ke Depan

Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dampak jangka panjang, di mana para pengrajin wayang dapat mandiri dalam memanfaatkan teknologi untuk mempromosikan produk mereka. Selain itu, dengan adanya website dan akun media sosial yang aktif, diharapkan Sanggar Wayang Gogon bisa lebih dikenal dan berkembang.

Ke depan, kegiatan ini akan berlanjut dengan sesi pendampingan berkala dan evaluasi untuk memastikan penerapan strategi digital berjalan dengan baik. Dukungan teknologi diharapkan dapat terus memperkuat pelestarian seni wayang, sehingga tidak hanya bertahan, tetapi berkembang di era digital.

Pelestarian budaya bukan hanya tugas seniman, tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama seluruh masyarakat. Dengan teknologi dan inovasi, seni wayang dapat terus hidup dan dihargai tanpa kehilangan identitas budaya yang kaya.