Jakarta – Maraknya gerakan separatisme dan radikalisme berbasis agama telah menimbulkan kekhawatiran di berbagai kalangan. Gerakan ini semakin menjadi sorotan seiring dengan banyaknya Narapidana Terorisme (Napiter) yang bebas bersyarat atau bebas total, baik karena remisi maupun catatan berkelakuan baik. Namun, kembalinya eks-Napiter ke masyarakat membawa kekhawatiran akan penyebaran ideologi ekstrem, terutama di kalangan masyarakat akar rumput.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Prof. Dr. H. Mohammed Rycko Amelza Dahniel, M.Si, dalam rilis pers BNPT pada 23 April 2024, menekankan bahwa “Ideologi radikal tidak hanya muncul di permukaan, tetapi berkembang di bawah permukaan masyarakat.” Pernyataan ini menjadi pengingat akan pentingnya upaya pencegahan yang lebih komprehensif di tingkat grassroot.

Program EMPATI: Pemberdayaan Perempuan untuk Cegah Radikalisme

Menanggapi situasi tersebut, Indonesia Maju Foundation (IMF) dan Bakti Dharma Tiga Belas Foundation (BDTB) sepakat menjalin kolaborasi untuk memerangi radikalisme melalui program EMPATI (Empowerment on Managing and Preventing Agenda’s of Terrorism in Indonesia). Program ini menekankan pemberdayaan perempuan sebagai garda terdepan dalam upaya preventif, mitigasi, dan rehabilitasi, khususnya bagi eks-Napiter dan keluarganya.

Muhamad Erfan Apriyanto, Direktur Eksekutif IMF, menjelaskan bahwa program ini akan menyasar masyarakat akar rumput dengan fokus pada penguatan ekonomi dan soft skills. “Melalui pelatihan kewirausahaan berbasis perempuan dan sertifikasi profesi, kami ingin memastikan bahwa eks-Napiter dan keluarga mereka bisa diterima kembali di masyarakat tanpa beban stigma sosial,” ujar Erfan.

Program ini tidak hanya berfokus pada keterampilan teknis, tetapi juga membangun kapasitas soft skills seperti komunikasi dan manajemen yang diperlukan untuk beradaptasi dalam dunia kerja. Beberapa daerah yang menjadi target program ini adalah Desa Dadibou dan Desa Suralaga di Nusa Tenggara Barat, di mana eksistensi jaringan radikal masih kuat.

Peran BDTB Foundation dalam Penguatan Perempuan

BDTB Foundation yang dipimpin oleh para perempuan turut berperan aktif dalam mendukung program EMPATI. Menurut Adiati Kusumawardhani, Direktur Eksekutif BDTB Foundation, peran perempuan sangat krusial dalam memutus mata rantai radikalisme di Indonesia. “Perempuan sering kali menjadi objek dari radikalisasi, terutama karena faktor ekonomi. Melalui pemberdayaan ini, kami ingin mengubah mereka menjadi agen perubahan,” kata Adiati.

Kasus bom bunuh diri yang terjadi di Medan pada 2016 dan Surabaya pada 2018 menjadi bukti nyata bahwa motif ekonomi kerap menjadi pendorong radikalisasi. Program EMPATI diharapkan mampu mencegah hal serupa dengan memberdayakan perempuan agar mereka dapat mengambil peran positif dalam keluarga dan masyarakat.

Dukungan Lembaga Internasional

Kolaborasi ini juga didukung oleh lembaga nirlaba internasional asal Jenewa, Swiss, yang memberikan pendanaan dan pembinaan teknis. Dengan dukungan multisektor, program EMPATI akan diperluas ke berbagai daerah di Indonesia, termasuk Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi, dan Sentra Handayani di Jakarta yang dikelola Kementerian Sosial.

Kolaborasi IMF dan BDTB Foundation ini diharapkan dapat menjadi langkah penting dalam pencegahan radikalisme di Indonesia, dengan melibatkan perempuan sebagai agen perdamaian dan pemberdayaan ekonomi.

 

Pewarta: Alex

Editor: Zain