DINAMIKAPOS.COM, SURABAYA – Indonesia dikenal sebagai negara maritim, tidak mengherankan apabila negeri ini menghasilkan produk hasil laut termasuk produk sampingnya yang tinggi. Surabaya adalah satu kota pesisir di Indonesia, memiliki potensi industri kelautan dan perikanan yang tinggi. Jumlah nelayan di kota surabaya mencapai 1.896 orang hal ini karena mayoritas masyarakat pesisir pantai berprofesi sebagai nelayan.
Salah satu kawasan pesisir pantai yakni Kejawan Lor, Kenjeran merupakan salah satu desa di Kecamatan Bulak mengahasilkan banyak jenis tangkapan laut seperti kerang, ikan, udang, kepiting, dll. Kerang adalah produk laut yang banyak diminati karena banyaknya kandungan protein, mineral, omega-3, vitamin. Selain itu, banyak dari jenis kerang memiliki kandungan lemak, kolesterol, dan natrium yang rendah. Kerang memiliki kandungan kalsium (mineral) yang tinggi dibanding mineral lain, termasuk pada bagian cangkangnya.
Dari hasil tangkapan nelayan, daging kerang digunakan sebagai makanan dan cangkangnya belum dimanfaatkan dengan maksimal. Selama ini cangkang kerang dibuang sebagai limbah dan sebagian dimanfaatkan untuk dijadikan kerajinan. Padahal produksi kerang terus mengalami peningkatan dan berlangsung sepanjang tahun sehingga limbah cangkang kerang akan semakin menumpuk. Volume limbah cangkang kerang di salah satu provinsi di Indonesia mencapai 12.000 ton pada 2019.
Sampai pada akhir 2023, masih banyak ditemukan cangkang kerang di pinggiran pantai Kejawan Lor, Kenjeran. Baru-baru ini, kawasan pesisir pantai Kejawan Lor telah dibangun sehingga cangkang kerang tidak lagi ditemukan di pinggiran pantai.
“Kerang biasanya dijual langsung ke Resto Seafood dalam bentuk hidup jadi masih ada cangkangnya, ada juga untuk kerajinan, ada juga yang dibuang ke laut” ungkap salah satu warga Kejawan Lor, Kenjeran (Jum’at, 22/11 2024) ungkapan ini juga disampaikan oleh beberapa warga setempat.
Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PENGMAS) Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga melakukan kegiatan pengabdian terkait pengelolaan dan pengembangan cangkang kerang sebagai sumber hidroksiapatit pada Jum’at, 22 November 2024 yang diikuti 42 peserta, terdiri dari dosen, mahasiswa, dan warga setempat. Kegiatan yang diusulkan oleh Dr. Samirah, Sp.FRS., Apt., Prof. Dr. Apt. Aniek S. Budiatin, M.Si., dan Dra. Apt. Toetik Aryani, M.Si.
terselenggara dalam kegiatan penyuluhan mengenai kalsium (fungsi, manfaat, kebutuhan manusia dalam rentang usia, sumber kalsium, defisiensi kalsium, dll), tulang manusia dan hidroksiapatit, sumber hidroksiapatit, kerang dan manfaatnya, cara mengolah kerang setengah jadi hingga menjadi sumber hidroksiapatit. Kegiatan ini diikuti oleh ibu rumah tangga, pengasap ikan, atau pemilik usaha ikan asap dan ikan asin.
Sebanyak 66,7% peserta dari warga, menyebut belum pernah mendapat penyuluhan tentang pengelolaan cangkang kerang, selebihnya sudah pernah mendapat penyuluhan pemanfaatan cangkang kerang sebagai ornamen hiasan, kancing baju, hingga bros. Lebih lanjut, lebih dari 50% peserta belum mengetahui manfaat kerang secara spesifik, termasuk pemanfaatan cangkang kerang.
Umumnya masyarakat pesisir pantai belum paham jika cangkang kerang dapat dimanfaatkan dalam bidang biologi, farmasi, dan biomedis melalui material yang dikandungnya. Material tersebut antara lain kalsium, kalsium fosfat (CaP) seperti hidroksiapatit, hidroksiapatit, kalsium karbonat (CaCO3). Pengkajian tentang material ini sedang mendapat perhatian para ahli.
Pasca kegiatan, profil pengetahuan masyarakat telah meningkat hal ini diketahui dari hasil kuisioner pasca kegiatan. Bahkan, 96,6% peserta mengetahui prosedur penyiapan raw material (bahan setengah jadi) untuk dioleh menjadi hidroksiapatit. Sekitar 23 peserta siap dibina dalam pengelolaan cangkang kerang menjadi bahan setengah jadi untuk selanjutnya diolah menjadi hidroksiapatit oleh Tim Dosen Fakultas Farmasi, di Laboratorium Fakultas.