DINAMIKAPOS.COM, OPINI – Di era kompetisi global yang semakin kompleks, industri makanan menghadapi tantangan beragam dalam mengelola biaya produksi mereka. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) khususnya dituntut mengembangkan strategi lebih canggih untuk mengoptimalkan struktur biayanya. Pabrik Tahu Handayani sebagai produsen tahu berpengalaman, mengambil langkah berani dengan mengimplementasi Activity Based Costing (ABC) sebagai solusi untuk memperbaiki akurasi perhitungan biaya dan penetapan harga jual produknya.

Latar Belakang dan Pentingnya Implementasi ABC

Sebelum ABC, Pabrik Tahu Handayani dihadapkan tantangan signifikan dalam pengelolaan biaya produksi. Masalah utama adalah volatilitas harga kedelai sebagai bahan baku utama yang langsung mempengaruhi struktur biaya produksi. Fluktuasi tak terduga ini sering menyulitkan perencanaan keuangan dan penetapan harga tepat.

Selain itu, sistem alokasi biaya overhead yang masih tradisional terbukti kurang akurat dalam menggambarkan biaya per unit produk. Metode alokasi sederhana ini mengakibatkan distorsi dalam perhitungan biaya produksi, yang pada gilirannya mempengaruhi keputusan penetapan harga dan profitabilitas perusahaan.

Proses Implementasi ABC yang Menyeluruh

Implementasi ABC di Pabrik Tahu Handayani dilakukan melalui serangkaian tahapan terstruktur dan sistematis. Langkah awal adalah mengidentifikasi dan menganalisis mendalam aktivitas-aktivitas utama dalam proses produksi. Tim manajemen melakukan pemetaan rinci setiap tahapan produksi, mencakup:

Pemilihan dan Penyortiran Kedelai

Tahap ini melibatkan pemeriksaan mutu kedelai dan pemisahan berdasarkan kualitas. Aktivitas ini memerlukan ketelitian tinggi karena kualitas kedelai sangat mempengaruhi hasil akhir produk.

Proses Perendaman Kedelai

Perendaman kedelai merupakan tahap kritis yang mempengaruhi tekstur dan kualitas tahu. Waktu perendaman tepat menjadi faktor penting dalam mengoptimalkan penggunaan energi pada tahap berikutnya.

Penggilingan Kedelai

Proses pembuatan tahu melibatkan berbagai langkah yang rumit serta menghabiskan energi dan tenaga kerja yang besar. Pengolahan kedelai dimulai dari penggilingan biji hingga dipasak menjadi bubur yang memerlukan kontrol suhu dan waktu yang tepat. Bubur kemudian disaring dan dicetak menjadi bentuk finalnya dengan tekanan yang seimbang ditambah waktu yang presisi. Pada tahap pengemasan terdapat berbagai kegiatan panjang seperti pengawasan kualitas hingga pembungkusan menggunakan alat dan bahan pengemas yang memadai.

Setiap aktivitas tersebut dianalisis secara mendalam untuk menemukan penyebab biaya utama (cost driver). Misalnya, untuk langkah penggilingan cost driver yang diidentifikasi mencakup jam operasi mesin, listrik yang terpakai, dan perawatan mesin. Sedangkan untuk tahap pengemasan, cost driver pokoknya adalah jumlah produk, tenaga kerja dalam waktu tertentu, serta bahan kemas yang digunakan.

Hasil Analisis Biaya Berdasarkan Aktivitas (ABC) menunjukkan temuan penting bagi manajemen. ABC mengungkap beda biaya yang signifikan antar jenis produk tahu. Produk premium seperti tahu sutra justru memiliki struktur biaya yang lebih rumit daripada tahu putih biasa. Temuan ini memungkinkan manajemen menyesuaikan marjin keuntungan yang lebih tepat untuk setiap varian produk.

Analisis aktivitas rinci juga mengungkap peluang untuk meningkatkan efisiensi proses, seperti optimalisasi waktu merendam kedelai dapat mengurangi konsumsi energi pada tahap penggilingan. Sistem ABC memberi paham tentang sumber daya yang terpakai untuk setiap kegiatan, sehingga manajemen bisa mengambil keputusan investasi peralatan dan SDM yang lebih tepat. Terdapat tantangan dalam penerapan sistem ABC ini.

Meski menawarkan manfaat signifikan, penerapan metode akuntansi biaya aktivitas (ABC) di Pabrik Tahu Handayani dihadapkan pada beberapa tantangan. Kebutuhan sistem pencatatan yang lebih komprehensif, pengembangan kompetensi karyawan, serta investasi teknologi dan sistem merupakan kendala utama. Namun demikian, implementasi ABC turut bermanfaat bagi perusahaan, khususnya dalam hal akurasi biaya, pengambilan keputusan strategis, serta optimalisasi operasional.

Sistem pencatatan yang lebih rinci diperlukan untuk mendokumentasikan setiap aktivitas secaradetail, memerlukan adaptasi signifikan atas prosedur dan dokumentasi sebelumnya. Perubahan ini membutuhkan waktu dan kesabaran tim. Program pelatihan karyawan diperlukan demi memahami konsep dan cara pencatatan baru, mengatasi hambatan perubahan.

Penerapan ABC menuntut investasi sistem pencatatan dan pengolahan data canggih. Meski mengharuskan modal besar, imbal hasil investasi membuktikan manfaatnya. Metode ini meningkatkan akurasi biaya produk, memungkinkan penetapan harga jual kompetitif dengan marjin keuntungan sehat.

Manajemen pun lebih mampu mengambil keputusan strategis berkat informasi komprehensif. Proses produksi dan penggunaan sumber daya dibekali optimalisasi. Keberhasilan Pabrik Tahu Handayani memberikan pelajaran berharga bagi UMKM lain soal modernisasi akuntansi manajemen sesuai karakteristik bisnis. Komitmen manajemen serta kesiapan berubah menjadi faktor kunci.

Investasi dalam pengembangan sumber daya manusia dan teknologi akan memberi manfaat jangka panjang yang besar bagi pertumbuhan bisnis.

Pelaksanaan sistem baru secara bertahap dapat mengurangi resistensi dan meningkatkan tingkat keberhasilannya.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Pengalaman Pabrik Tahu Handayani menunjukkan bahwa implementasi manajemen biaya berbasis aktivitas (ABC) dapat menjadi solusi yang efektif bagi UMKM dalam mengoptimalkan biaya produksinya. Di tengah persaingan yang semakin ketat, pemahaman mendalam tentang struktur biaya menjadi kunci untuk pengambilan keputusan strategis yang lebih baik.

Meskipun implementasi ABC membutuhkan investasi dan upaya yang signifikan, manfaat yang diperoleh dalam hal akurasi biaya, efisiensi operasional, dan pengambilan keputusan yang lebih baik membuat investasi tersebut menjadi sangat berharga bagi keberlanjutan dan pertumbuhan bisnis.

Untuk UMKM lain yang berencana mengimplementasikan ABC, beberapa rekomendasi yang dapat dipertimbangkan meliputi:

1. Melakukan analisis mendalam terhadap kesiapan organisasi sebelum memulai implementasi.

2. Menyusun roadmap implementasi yang realistis dan dapat diukur.

3. Memastikan dukungan dan komitmen dari seluruh lini organisasi.

4. Berinvestasi dalam mengembangkan kompetensi tim internal.

5. Melakukan evaluasi dan penyesuaian secara berkala untuk memastikan efektivitas sistem.

Dengan pendekatan yang tepat dan komitmen yang kuat, implementasi ABC dapat menjadi katalis bagi transformasi UMKM menuju pengelolaan bisnis yang lebih profesional dan berkelanjutan.

 

***

Opini Ditulis oleh Fatka Audi Zahra, Prodi Akuntansi Manajemen, Kelas MBS 5A, UIN Rraden Mas Said Surakarta.