Lampung – Festival Film Lampung (FFL) 2025 resmi dibuka secara online mulai 20 Desember 2024 hingga 14 Maret 2025. Ajang bergengsi ini kembali menjadi wadah penting bagi sineas lokal dan nasional untuk memperkenalkan karya terbaik mereka.

Dalam perhelatan festival kali ini, Ony Pahlevi, sineas yang baru saja meraih tiga penghargaan pada Festival Film Lampung 2024, berbagi pandangannya tentang perkembangan perfilman daerah serta harapannya untuk masa depan industri film.

FFL, Wadah Pengembangan Potensi Sineas Lampung

Ony Pahlevi, yang baru saja mencatatkan prestasi gemilang dengan film “Bukan Anak Meriam” di Festival Film Lampung 2024, merasa optimis melihat perkembangan festival ini. Dalam wawancara eksklusif, Ony mengungkapkan betapa pentingnya festival ini sebagai ruang bagi sineas Lampung untuk menunjukkan kualitas karya mereka.

“Saya sangat bersyukur bisa meraih tiga penghargaan sekaligus. Tapi yang lebih penting adalah FFL memberi kesempatan bagi kami untuk lebih dikenal, serta memperkenalkan potensi diri dalam industri perfilman Indonesia,” ujar Ony yang meraih penghargaan dalam kategori Penata Gambar Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik, dan Film Terbaik, Selasa (7/1/24).

Film “Bukan Anak Meriam” yang digarap Ony mengangkat cerita tentang mitos daerah di tengah kehidupan masyarakat urban modern. Film ini sukses menarik perhatian juri dan penonton berkat pesan yang kuat mengenai budaya dan nilai-nilai lokal.

Festival Film Lampung 2025: Katalisator Perfilman Lampung

FFL semakin menjadi sorotan di dunia perfilman Indonesia, bukan hanya memajukan perfilman Lampung, tetapi juga menarik perhatian industri kreatif tanah air. Film dari berbagai genre seperti drama, komedi, dan film pendek siap bersaing meraih penghargaan di ajang tahun ini.

“Saya berharap film-film yang diputar di FFL 2025 tidak hanya berbicara tentang isu lokal, tetapi juga menyentuh isu global yang relevan dengan konteks Indonesia. Ini menjadi tanda bahwa kita semakin matang dalam berkarya. Semoga ke depannya, FFL bisa berkembang lebih besar lagi dan bahkan go internasional,” ungkap Ony.

Tantangan dan Harapan untuk Perfilman Lampung

Meski industri film semakin berkembang, Ony mengakui bahwa tantangan yang dihadapi oleh sineas lokal masih cukup besar. Infrastruktur dan fasilitas pendukung produksi film masih terbatas, yang menghambat potensi kreativitas para sineas daerah.

“Kami butuh dukungan lebih, baik dari pemerintah maupun sektor swasta, untuk meningkatkan kualitas film. Dukungan tidak hanya dalam bentuk dana, tetapi juga kemudahan perizinan dan penggunaan lokasi. Selain itu, edukasi tentang sinema perlu diperkuat agar lebih banyak generasi muda yang tertarik terjun ke dunia perfilman,” kata Ony.

Namun demikian, Ony tetap optimis.”Dengan potensi yang ada, saya yakin setiap daerah bisa melahirkan lebih banyak talenta berbakat. Saya berharap FFL bisa menjadi motor penggerak perubahan besar bagi perfilman Lampung, bahkan Indonesia,” imbuhnya.

Festival Film Lampung 2025 bukan hanya menjadi ajang penghargaan, tetapi juga sebuah ruang untuk refleksi atas keberagaman budaya dan kreativitas yang ada di Indonesia. Dengan kehadiran sineas berbakat seperti Ony Pahlevi, harapan untuk masa depan perfilman daerah semakin besar.

Festival ini diharapkan dapat terus menginspirasi dan mendorong lahirnya karya-karya berkualitas yang menggambarkan cerita dan tradisi lokal, serta mampu menembus pasar internasional.