DINAMIKAPOS.COM, Opini – Subak bukan sekadar sistem irigasi, tetapi juga simbol kearifan lokal yang dapat menjadi solusi atas tantangan global. Dengan filosofi Tri Hita Karana, Subak menjaga harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas. Konsep ini tidak hanya menjawab kebutuhan air bagi pertanian, tetapi juga menciptakan pengelolaan sumber daya alam yang adil dan berkelanjutan.
Di tengah modernisasi yang semakin pesat, Trenggalek, yang selama ini mengandalkan sistem irigasi konvensional, menghadapi tantangan besar dalam memastikan ketersediaan air yang cukup dan efisien. Sistem irigasi tradisional seperti yang diterapkan dalam Subak menggabungkan teknologi sederhana dengan nilai-nilai sosial dan budaya yang kuat. Dalam sistem ini, air tidak hanya mengalir berdasarkan kebutuhan teknis, tetapi juga menghidupkan semangat gotong royong antarpetani, sekaligus mempertahankan kearifan lokal yang telah terbukti bertahan selama berabad-abad.
Trenggalek sangat membutuhkan pendekatan semacam ini. Penggunaan sistem Subak diharapkan tidak hanya meningkatkan efisiensi irigasi, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan daerah. Dengan sistem ini, setiap petak sawah terasering akan teraliri air secara efisien, mendukung keberlanjutan pertanian, dan meminimalisir ketergantungan pada sumber daya alam yang semakin terbatas.
Ketika banyak daerah di Indonesia masih bergantung pada irigasi sederhana berbasis gravitasi, yang hanya mengutamakan aspek teknis tanpa mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan dan sosial, Subak menawarkan model yang lebih holistik. Mengadopsi sistem Subak berarti melestarikan tradisi lokal yang relevan dan tangguh di era modern.
Sudah saatnya Trenggalek untuk bangkit dan mengadopsi kearifan lokal ini sebagai bagian dari langkah menuju ketahanan pangan yang lebih baik dan berkelanjutan. Subak adalah warisan dunia yang tidak hanya relevan untuk Bali, tetapi juga dapat diterapkan di berbagai daerah, termasuk Trenggalek, untuk menciptakan sistem pertanian yang adil, efisien, dan ramah lingkungan.
***
*) Opini Ditulis Oleh Sekar Ayu Kinanthi Putri Aji, Chantika Febryanti Cahya Kencana, Velencia Feby Komala, Atthariq Alkausar Herdiyanto, Alexandro, Mahasiswa Universitas Ciputra Surabaya.
*) Tulisan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis dan tidak termasuk tanggung jawab Dinamika Pos.
*) Rubrik opini di Dinamika Pos terbuka untuk umum. Panjang tulisan maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata.
*) Redaksi berhak untuk tidak menayangkan opini yang dikirimkan.