Jakarta – Di tengah transformasi digital dan dinamika pasar yang semakin kompleks, industri fashion menghadapi berbagai tantangan yang mendesak untuk direspons dengan strategi yang inovatif. Dalam sebuah wawancara eksklusif, Ajeng Siti Anggraeni, Senior Finance di bidang industri fashion mengungkapkan pandangannya yang intelek dan berbasis data mengenai arah industri fashion menuju tahun 2025.
Menurut Ajeng, salah satu tantangan utama adalah perubahan tren yang terjadi dengan sangat cepat.
“Dalam beberapa tahun terakhir, siklus tren telah menjadi semakin dinamis. Data yang dipublikasikan dalam Journal of Fashion Business menunjukkan bahwa perusahaan harus mampu merespons perubahan preferensi konsumen dalam hitungan minggu, bukan bulan,” ujarnya, Minggu (9/2/2025).
Tantangan ini menuntut perusahaan untuk tidak hanya berinovasi dalam desain produk, tetapi juga mempercepat proses produksi dan distribusi melalui digitalisasi.
Selain itu, meningkatnya kesadaran konsumen terhadap isu keberlanjutan dan praktik etis menjadi agenda penting dalam industri fashion. Studi yang diterbitkan dalam Journal of Sustainable Fashion mengindikasikan bahwa konsumen kini lebih selektif dalam memilih produk yang mendukung lingkungan dan etika produksi. Ajeng menekankan,
“Mengintegrasikan prinsip keberlanjutan tidak hanya memperkuat citra merek, tetapi juga membuka peluang untuk diferensiasi kompetitif di pasar global.”
Di sisi lain, persaingan yang semakin ketat antara merek lokal dan internasional mendorong perusahaan untuk mengembangkan strategi bisnis yang adaptif.
Ajeng mengutip data dari penelitian di International Journal of Fashion Studies yang menunjukkan bahwa perusahaan yang mengimplementasikan teknologi digital dalam operasionalnya mengalami peningkatan efisiensi hingga 30%.
“Strategi digitalisasi, seperti pemanfaatan e-commerce dan platform media sosial, merupakan kunci untuk memperluas jangkauan pasar serta meningkatkan interaksi dan loyalitas konsumen,” jelasnya.
Dalam pandangan Ajeng, kesuksesan industri fashion di tahun 2025 akan sangat bergantung pada kemampuan perusahaan untuk menggabungkan inovasi teknologi dengan komitmen terhadap praktik bisnis berkelanjutan.
“Tantangan yang ada harus dipandang sebagai peluang untuk bertransformasi. Dengan adopsi teknologi yang tepat, penggunaan bahan ramah lingkungan, dan penguatan identitas merek, perusahaan dapat menciptakan ekosistem yang tidak hanya responsif terhadap tren, tetapi juga lebih etis dan bertanggung jawab,” pungkasnya.
Bagi yang ingin mengikuti lebih banyak insight dan diskusi seputar bisnis fashion, Ajeng juga aktif berbagi pandangannya di media sosial. Temukan berbagai perspektif menarik tentang industri fashion di akun Instagram dan TikTok-nya:@Ajeng.st.